Pertanyaan
tersebut tidak salah. Pertanyaan yang wajar karena ingin tahu, yang mana
dipertanyakan juga oleh umat hindu, terutama mereka yang kurang memahami cara
penghayatan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Cara penghayatan yang
penuh dengan aneka simbul dan kias, disemarakan oleh kemegahan seni dari
budaya, hingga inti hakekatnya tidak tampak seketika.
Ada
Berjenis-jenis pura dengan fungsi dan nama-nama yang berbeda di Indonesia.
Lebih-lebih di Pulau Bali dengan symbol-simbol dan penghayatan yang khas,
dimana Tuhan dipersonifikasikan dengan sifat dan kekuasaan yang berbeda-beda. Demikianlah
di Pura Besakih dipuja Dewa Siva dengan segala manifestasinya tempat umat hidu
memohon keselamatan.
Pura Batur
tempat memuja Dewa Visnu dengan Saktinya Devi Danu (Sri), dimana umat Hindu
memohon kemakmuran, serta banyak lagi soal kahyangan dan Dang Kahyangan sebagai
manifestasi Tuhan yang berbeda-beda. Didalam Weda kita jumpai ratusan nama dewa
beserta fungsinya dan kekuasaannya yang berbeda-beda, karena Beliau dikenal
dengan “Sahasra” yaitu seribu nama. Dalam pemujaan sehari-hari yang
dilaksanakan oleh umat hindu setiap pagi, siang dan petang hari, yang dikenal
dengan Trisandhya dapat diketahui dengan jelas bagaimana mungkin nama Dewa itu
banyak seperti halnya disebutkan pada bait II Trisandhya. Bunyinya adalah
sebagai berikut:
Om Narayana evedam sarvam,
Yad bhutam yacca bhavyam
Niskalanko niranjano nirvikalpo
Nirakhyatah suddho deva eko
Narayano na dvitiyo ‘sti kascit
Terjemahan:
Ya Tuhan,
engkaulah Narayana yang meliputi kesemuanya ini, baik yang telah ada maupun
yang aka nada. Engkau bebas dari noda, tak tercemari dan bebas dari perubahan. Engkau
tak terlukiskan, suci, satu-satunya, tiada yang kedua.
Kata na dvitiyo yang artinya hanya satu yidak ada duaNya yang disebut
dalam kalimat terakhir dalam bait II Trisandhya, jelas menunjukkan bahwa agama
Hindu memuja satu Tuhan, meskipun Beliau dipuja dengan banyak nama seperti
Siva, Mahadeva, Isvara, Paramesvara, Brahma, Wisnu, Rudra, sebagaimana
disebutkan pada bait III Trisandhya. Bagaimana banyak nama ini dapat
dimengerti? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, alagkah lebih mudah jika
bandingkan dengan kehidupan sehari-hari. Ada seorang yang bernama Budiawan,
jabatannya di kantor desa adalah sebagai Kepala Desa oleh karena itu dia
dipanggil Pak Kades, tetapi Pak Budiawan ini juga menjadi seorang guru disebuah
sekolah dasar, sehingga dia dipanggil Pak Guru disekolah tersebut, disamping
itu sebagai manusia yang wajar, Pak Budiawan ini adalah suami yang abaik karena
mempunya istri dan anak. Si istri memanggil suaminya dengan sebutan “Bli” yang artinya
kakak, sedangkan anak-anaknya memanggilnya dengan sebutan “aji” yang artinya
bapak.
Dengan
demikian Pak Budiawan mempunyai banyak nama, setiap nama yang dipakainya itu
benar dalam kaitan dengan fungsinya masing-masing. Dalam fungsinya sebagai
pengajar di sekolah, nama Pak Guru itu benar, tetapi anaknya sendiri tidak
pernah memanggil dengan nama Pak Guru. Apakah nama yang banyak ini berarti
orangnya banyak? Ternyata orangnya itu hanya satu yaitu Pak Budiawan sendiri.
Jadi
nama ini erat sekali hubungannya dengan
fungsi atau tugas, demikian pulalah Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi), Beliau
disebut Brahma pada waktu menciptakan alam semesta beserta isinya. Beliau
disebut Visnu pada waktu Beliau memelihara semua ciptaanNya dengan penuh cinta
kasih dan begitu pula beliau disebut Siva pada saat Beliau mengembalikan segala
ciptaan beliau itu keasalnya.
EmoticonEmoticon