Senin, 24 Desember 2012

Benarkah Agama Hindu Memuja Satu Tuhan?


Pertanyaan tersebut tidak salah. Pertanyaan yang wajar karena ingin tahu, yang mana dipertanyakan juga oleh umat hindu, terutama mereka yang kurang memahami cara penghayatan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Cara penghayatan yang penuh dengan aneka simbul dan kias, disemarakan oleh kemegahan seni dari budaya, hingga inti hakekatnya tidak tampak seketika.
Ada Berjenis-jenis pura dengan fungsi dan nama-nama yang berbeda di Indonesia. Lebih-lebih di Pulau Bali dengan symbol-simbol dan penghayatan yang khas, dimana Tuhan dipersonifikasikan dengan sifat dan kekuasaan yang berbeda-beda. Demikianlah di Pura Besakih dipuja Dewa Siva dengan segala manifestasinya tempat umat hidu memohon keselamatan.
Pura Batur tempat memuja Dewa Visnu dengan Saktinya Devi Danu (Sri), dimana umat Hindu memohon kemakmuran, serta banyak lagi soal kahyangan dan Dang Kahyangan sebagai manifestasi Tuhan yang berbeda-beda. Didalam Weda kita jumpai ratusan nama dewa beserta fungsinya dan kekuasaannya yang berbeda-beda, karena Beliau dikenal dengan “Sahasra” yaitu seribu nama. Dalam pemujaan sehari-hari yang dilaksanakan oleh umat hindu setiap pagi, siang dan petang hari, yang dikenal dengan Trisandhya dapat diketahui dengan jelas bagaimana mungkin nama Dewa itu banyak seperti halnya disebutkan pada bait II Trisandhya. Bunyinya adalah sebagai berikut:
Om Narayana evedam sarvam,
Yad bhutam yacca bhavyam
Niskalanko niranjano nirvikalpo
Nirakhyatah suddho deva eko
Narayano na dvitiyo ‘sti kascit
Terjemahan:
Ya Tuhan, engkaulah Narayana yang meliputi kesemuanya ini, baik yang telah ada maupun yang aka nada. Engkau bebas dari noda, tak tercemari dan bebas dari perubahan. Engkau tak terlukiskan, suci, satu-satunya, tiada yang kedua.
Kata na dvitiyo yang artinya hanya satu yidak ada duaNya yang disebut dalam kalimat terakhir dalam bait II Trisandhya, jelas menunjukkan bahwa agama Hindu memuja satu Tuhan, meskipun Beliau dipuja dengan banyak nama seperti Siva, Mahadeva, Isvara, Paramesvara, Brahma, Wisnu, Rudra, sebagaimana disebutkan pada bait III Trisandhya. Bagaimana banyak nama ini dapat dimengerti? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, alagkah lebih mudah jika bandingkan dengan kehidupan sehari-hari. Ada seorang yang bernama Budiawan, jabatannya di kantor desa adalah sebagai Kepala Desa oleh karena itu dia dipanggil Pak Kades, tetapi Pak Budiawan ini juga menjadi seorang guru disebuah sekolah dasar, sehingga dia dipanggil Pak Guru disekolah tersebut, disamping itu sebagai manusia yang wajar, Pak Budiawan ini adalah suami yang abaik karena mempunya istri dan anak. Si istri memanggil  suaminya dengan sebutan “Bli” yang artinya kakak, sedangkan anak-anaknya memanggilnya dengan sebutan “aji” yang artinya bapak.
                Dengan demikian Pak Budiawan mempunyai banyak nama, setiap nama yang dipakainya itu benar dalam kaitan dengan fungsinya masing-masing. Dalam fungsinya sebagai pengajar di sekolah, nama Pak Guru itu benar, tetapi anaknya sendiri tidak pernah memanggil dengan nama Pak Guru. Apakah nama yang banyak ini berarti orangnya banyak? Ternyata orangnya itu hanya satu yaitu Pak Budiawan sendiri.
                Jadi nama ini erat sekali hubungannya dengan  fungsi atau tugas, demikian pulalah Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi), Beliau disebut Brahma pada waktu menciptakan alam semesta beserta isinya. Beliau disebut Visnu pada waktu Beliau memelihara semua ciptaanNya dengan penuh cinta kasih dan begitu pula beliau disebut Siva pada saat Beliau mengembalikan segala ciptaan beliau itu keasalnya.  


EmoticonEmoticon